PROSES MATINYA SANG BURUH
oleh : Zahid Ahmad Faiz
Sejak masa ke masa
problematika ketenagakerjaan (Buruh) di indonesia seolah tidak akan ada
habisnya. Pesatnya arus pertumbuhan ekonomi selalu tidak disiapkan dengan
matang oleh pemerintah indonesia. Sehingga laju pertumbuhan ekonomi yang tidak
mampu menyerap tenaga kerja yang cukup banyak jumlahnya dan semakin meningkat
setiap tahunnya adalah salahsatu penyebabnya.
Setiap tahun
angkatan kerja di negara indonesia terus bertambah, namun hanya sebagian saja
yang terserap oleh pasar tenaga kerja. Jumlah angkatan kerja pada februari 2018
sebanyak 133,94 juta orang, naik 2,39 juta orang dibanding februari 2017.
Komponen pembentukan angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan
pengangguran. Pada februari 2018 terdapat sebanyak 127,07 juta orang penduduk
bekerja sedangkan sebanyak 6,87 juta orang menganggur.[1]
Buruh merupakan
seorang yang bekerja pada perorangan atau perusahaan yang diberikan upah dalam
bentuk harian, mingguan maupun bulanan, yang dimana harus sesuai dengan
kesepakatan kedua belah pihak, baik secara lisan maupun tulisan. Perlu adanya
hubungan industrial yaitu hubungan dialektika antara pekerja dan pemberi kerja.
Namun seiringnya waktu berjalan sering juga terjadi ketidak harmonisan hubungan
antara buruh dan pengusaha, sehingga ini menjadi bukti bahwa buruh di indonesia
masih sangat rentan terhadap kekuatan semu, bahwa pekerja seharusnya mempunyai
kekuatan untuk menggerakan revolusi meskipun hanya dalam sekala lokal. sering
terjadi adanya pemogokan kerja oleh buruh yang dimana amuk buruh telah membuat
banyak buruh akhirnya menganggur atau tidak menerima gaji pada bulan
berikutnya.
Buruh adalah
komoditi, sebagaimana komoditi lainnya. Namun buruh merupakan komoditi yang
aneh yaitu sebagi sumber penghasilan nilai lebih dan jika buruh diperlakukan
dengan baik akan menghasilkan nilai yang lebih besar dari nilai itu sendiri.
Menurut filsafat kerja Karl Marx, buruh dimetaforakan sebagai bangunan
dan posisi tepatnya adalah bangunan dasar, dalam struktur produksi buruh selalu
tertindas dan karena itu buruh harus berjuang guna memperoleh hak-haknya. Buruh
merupakan kekuatan produksi demi menciptakan kenaikan nilai tukar, buruh juga
merupakan kekuatan yang dapat mengubah struktur atas dengan perjuangan kelas
dan revolusi. Revolusi tersebut di isyaratkan untuk memperbaiki kondisi kerja
serta gaji dan hasilnya akan menentukan penguasa alat-alat produksi.
Keberhasilan revolusi juga akan menyebabkan perubahan dan keruntuhan
kapitalisme.
Dunia kapitalis
memandang manusia sebagai tukang dan homo economicus yang keduanya dapat
di artikan sama saja yaitu sama-sama memandang manusia sebagi buruh. Dalam
kapitalisme ada yang disebut degan
diferensial yaitu proses membangun identitas
berdasarkan perbedaan, produk dan gaya hidup. Sehingga kerangka berfikir
produksi nya mode of production berubah menjadi kode-kode yang
berhubungan dan didominasi dengan dunia mesin. Menurut Baudrillard Mode of
production kini telah berubah dan digantikan oleh Mode of reproduction yang
mengandalakan kode-kode. kode-kode ini merupakan sistem yang mendominasi
peralatan dengan teknologi canggih dalam kegiatan reproduksi masal.
Sekarang dunia
berada dalam sebuah kode-kode mesin reproduksi, dimana tenaga buruh bukan lagi
sebagai kekuatan, buruh hanya sebuah definisi dan aksioma dalam proses
kerja. Telah terjadi perubahan nilai dari kekuatan reproduksi oleh tenaga buruh
yang bertujuan untuk menghasilkan keuntungan dan nilai lebih menjadi reproduksi
kehidupan dalam keseluruhan prosesnya. Sistem kapitalisme telah meniadakan
upah sebagai nilai lebih dan upah hanya
dicantumkan dalam sistem tenaga buruh. Persoalahan ini kaitanya dengan
kapitalisme global, sudah tidak ada lagi apa yang disebut dengan ketidakadilan
sosial dibalik relasi produksi, tapi sudah berkembang menjadi reproduksi.
Matinya buruh.
Matinya produksi. Matinya ekonomi politik. Matinya dialektika penanda/petanda
yang memproduksi akumulasi pengetahuan makna dan sintakma linier serangkaian
diskursus. Matinya dialektika simultan antara nilai tukar/ nilai guna yang
memungkinkan proses akumulasi kapital dan produksi. Matinya diskursus linier.
Matinya mekanisme linier. Matinya era klasik imperium tanda. matinya Produksi.[2]
Tidak ada lagi
pemogokan buruh seperti sebagai perlawanan terhadap kekuatan kapital seperti
yang terjadi pada masa lalu. Mogok kerja tidak lagi mempunyai kekuatan karena;
(1) kapital membiarakan pemogokan karena kapital tahu sistem produksi sekarang
tidak bergantung pada buruh. Keuntungan tetap diperoleh kapital sejauh
reproduksi sebuah bentuk reasi sosial tetap aman. (2) Pemogokan tidak mengubah
apapun secara mendasar. Kapital modern sesungguhnya melakukan redistribusi
diri, Mati atau Hidup.[3]
Untuk dapat
bermetamorfosa buruh membutuhkan inisiasi, yang akan mendorongnya untuk
melakuka revolusi internal. Inisiasi dilakukan dengan tindakan sederhana yaitu
membaca. Jika buruh sadar dan bersedia melakuak inisiasi, maka harus tersedia
filsafat tindakan yang mampu membuat buruh melakukan metamorfosa yakni dari
buruh menjadi entrepreneur.
Filsuf Itali,
Giacomo Leopardi menulis bahwa kematian bukanlah kejahatan karena kematian
telah membebaskan kita dari semua kejahatan dan juga mengambil semua kebaikan.
Kematian mengambil semua keinginan-keinginan diri dan membuat kita bebas
darinya. Usia tua adalah malapetaka karena memberikan kita
penderitaan-penderitaan. Masalah-nya, kita takut mati dan mengharapkan usia tau
°°°
IKATLAH
ILMU DENGAN MENULISKANNYA....
IKATLAH
JODOH DENGAN MENIKAHINYA....
°°°
[1] Berita resmi statistik, keadaan tenagakerjaan indonesia februari
2018, Badan pusat statistik
[2] Jean Baudrillard, 1983,
Simulations, Trans by Paul Foss, P. Patton, and Philip Beitchem, New
York, semiotext(e), hlm. 20
[3] Jean
Baudrillard, 1983, Symbolic Exchange and Death, Tranls by Hamilton
Grant, Sage Publication, hlm.6
Komentar
Posting Komentar